Perempuan
itu segera bergegas. Dengan cepat merapikan spektrofotometer dan
kembali menata puluhan tabung reaksi di incubator. Sesekali dilirik
jarum sang waktu…
“Ah..lebih lima belas menit…”
Melipat jas lab, menyambar ransel dan segera berlari.
“Baru pulang Mba?”
“Eh.. iya Pak. Tugas jaga malam ya?”
“Iya, ngatos-atos nggak usah ngebut.”
“Nuhun Pak, monggo.”
Lembayung
mulai menuntun mentari ke peraduan. Gerimis mencipta biangala sempurna.
Pola setengah lingkaran di sisi timur. Buliran sorgum terantuk-antuk
disapa bayu semilir. Bayang rimbunan jati tampak premature. Elemen
tropis fasad bukit kapur. Sebuah dimensi alam yang sempurna.
“Bismillah.. semoga tidak terlalu telat,” batinnya.
Di
bangunan itu riuh terdengar celoteh anak kecil. Beberapa tampak menoleh
melihat motor berhenti di depan masjid. Asing. Pelan ia memasuki
halaman. Tak disangka kaki-kaki kecil itu berlarian mendekatinya.
Tangan-tangan mungil berebutan menyalaminya.
“Subhanallah.. sebanyak inikah?”batinnya.
“Assalamu’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar