Diskusi ringan yang cukup menggelitik bersama bulatan gembira Litha
saat itu. Seberkas pemikiran yang kadang terlintas di benak Litha
ternyata dirasakan juga dengan teman-teman.
Seorang kawan berujar,
“ Jadi akhwat riweuh
amat ya. Pakai jaket, kalau jilbab dimasukin dibilang mbentuk jadi
jilbab leher. Tapi kalo jaketnya yang dimasukin ke jilbab, dipakai buat
motoran malah mirip bendera (red: berkibar-kibar).”
Kawan lain berkata,
“ Hati-hati kalau naik motor, misal pas berhenti di lampu merah. Rok
atau gamisnya bisa kesingkap, pake daleman celana panjang ya.”
Seorang kawan akhwat kalem tapi kritis abis, kalau nulis berkata,
“Risih tau ukht ngeliat akhwat, jilbabnya lebar tapi transparan.”
Bahkan ada yang cukup membuat Litha senyum simpul. Kala itu di kajian masjid kampus, saat sesi tanya jawab, seorang kawan dari spesies ikhwan bertanya dengan polosnya,
“Ustadz,
kenapa sih para akhwat itu kalau pakai jilbab segi empat bagian
depannya harus dimiringin, terus kenapa bros bunganya ditaruh di
pinggir?”
“Haaaaa??? ” Reaksi Litha saat itu. Ya senyum geli tapi ya rada miris juga ^_^”
Sejauh
pengamatan di lapangan dan berbagai analisis data varian maka Litha
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut #Demam.Script-Sweet (=
1. Sebaiknya saat naik motor baik nyetir atau diboncengin, pakai jaket.
Alasannya
demi keamanan. Biar jilbabnya tidak mirip bendera, berkibar-kibar dan
cepet kusut / tatanannya sudah ga rapih lagi. Pun semisal terpaksa saat
itu tidak ada jaket, ya.. lebih baik jilbab dibuat sepinggang, biar bisa
didudukin.
Manfaat lain buat kesehatan juga, biar bisa nahan angin. Berkendara pagi-pagi buta rawan terkena paru-paru basah apalagi jika jarak jauh. Angin kan gak kenal jauh deket. So, keep your healthy ya ukhty.. (=
Manfaat lain buat kesehatan juga, biar bisa nahan angin. Berkendara pagi-pagi buta rawan terkena paru-paru basah apalagi jika jarak jauh. Angin kan gak kenal jauh deket. So, keep your healthy ya ukhty.. (=
2. Jaketnya pun yang longgar.
Insya Allah kalau jaket lembaga/organisasi untuk size akhwat biasanya longgar. Kalau adanya yang mini, jumper atau switer jankis sebisa mungkin jangan diretsliting. Biar ga mbentuk ya…
3. Gunakan daleman celana panjang.
Menggunakan
rok atau gamis sewaktu naik motor rawan tersingkap. Apalagi untuk rok
atau gamis yang beli jadi, biasanya lebar bawahkan terbatas. Amannya
pakai celana panjang untuk dalemannya. Bukan celana legging, tapi yang
katun atau celana bahan. Kenapa? Legging sama saja tetap mbentuk betis #danger! (=
4. Rok, celana panjang daleman ready! But you have to remember to using kaos kaki.
Jangan
mengandalkan celana panjang saja, kaos kaki yang pendek juga rawan
sewaktu naik motor. Kaki bagian bawah juga aurat kan ukht?
Ah iya! Saran saja :idea: bawa bekal perang kita selengkap mungkin. Biasanya Litha taruh kaos kaki cadangan & plastik di bagasi, jaga-jaga semisal hujan (=
5.Pemakaian jaket di dalam atau di luar jilbab.
Uhm..
pendapat Litha mah ditimbang baik-buruknya terkait hal tersebut. Ada
beberapa kawan yang nyaman dengan menggunakan jaket di dalam jilbab.
Sah-sah saja..
Don’t forget about the safety!
Oke, contohnya begini… misal kita pake jaket di dalam, naik motor,
nyetir dan ga bawa tas. Jilbabnya jadi bendera, resiko rambutnya
keliatan kan? Pun misal kita yang diboncengin, ga sadar jilbabnya nutup
lampu sein. Kan kasihan pengendara di belakang kita, tiba-tiba belok
kanan, lampu seinsnya ketutup. Potensi kecelakaannya besar.
..dan Litha sering banget ngliat para akhwat jilbabnya nutupin ntu lampu Must be more carefully!
Contoh lain, bagi yang berkecimpung di dunia laboratorium. Kita kan
pakai jas lab, nah jilbabnya harus kita masukin di dalem. Kenapa Litha
katakan ‘harus’? Jika menggunakan alat dan bahan yang cukup riskan,
semisal kita makai bunsen burner (red: lampu spirtus), jilbanya
berkibar, nyamber api di bunsen bisa kebakar. Itu masih untung, misal
percikannya ngenain cairan yang mudah meledak???!! Bahaya banget kan?
Sebab kasus ini pernah terjadi, jilbab seorang al-ukht ini ga dimasukin
dan nyamber api di bunsen. Oh Lord! Nah.. intinya mah disesuaikan situasi dan kondisi (=
Kebiasaan Litha kalau pakai jaket, di luar jilbab. Kalo jas almamater,
jilbabnya yang ada di luar, almamaternya dimasukin (lebih nyaman seperti
itu).
6. Tentang jilbab transparan…
Ada yang menggunakan istilah jilbab saringan tahu (= atau yang dikenal
kebanyakan sebagai jilbab paris. Kelebihannya murah, ringan, mudah
dicuci & disetrika, cepet kering kalo dijemur, mau dikreasiin
sedimikian rupa sehingga gampang banget dan pilihan warnanya buaanyak
jiddan! Ambil contoh jilbab paris biru banyak pilihan warna. Mulai dari
biru tosca, biru turquoise, biru navy, biru benhur, biru dongker, biru
muda, biru laut (ada yang asing dengan istilah warna tadi? ^_^ )
Jujur saja Litha bukan
konsumen jilbab seperti ini. Karena kurang nyaman dan risih saja saat
memakainya. Punya 1 jilbab paris ungu tua dan itupun hadiah. Kawan Litha
nan kritis tadi berujar dengan status di jejaring sosialnya,
“Mungkin saya bukan termasuk akhwat yang memperhatikan penampilan. Mungkin juga penampilan ini sering gak matching.
Namun sebagai seorang perempuan, entah kenapa saya merasa risih tatkala
melihat seorang akhwat menggunakan jilbab paris meski itu lebar dan
didobelin dengan jilbab segi empat di dalamnya.”
Dan
kerennya banyak rekan ikhwan yang komen di status tersebut. Mulai
blak-blakan, terkuaklah perasaan-perasaan mereka #apaan coba
Jadi intinya mereka (red: spesies ikhwan tadi) juga merasa risih
ketika melihat mba-mba dengan jilbab paris tersebut. Kadang tanpa sadar,
jika dobelannya ga tebal, rambutnya bisa terlihat juga.
Seorang
teman pernah bercerita, kenapa ikhwan kaku dan dingin ke para akhwat
tapi cair ketika berinteraksi dengan teman sesama perempuan non aktivis?
Kalo kesimpulan sementara Litha berdasar pengalaman dan pernyataan
teman-teman, kadang mereka sangat mudah untuk mengalihkan pandangan
tanpa melihatnya lagi dengan perempuan yang belum tertutup auratnya.
Sebaliknya hal ini kadang tidak berlaku ketika melihat teman-teman yang
sudah rapi berjilbab.
Para ikhwan dikaruniai sistem tata ruang yang subhanallah
luar biasa. Sebagai bukti, ketika Litha SMA, pelajaran Matematika bab 3
Dimensi. Perlu waktu sepekan agar Litha benar-benar paham dan lancar
melibas soal-soal tersebut. Tapi.. teman-teman kelas yang laki-laki
cepat banget pahamnya, dibandingkan bab-bab selain itu. Jika minta
tolong diajarin caranya seperti apa, dengan santai menjawab,
“Ya tinggal diginiin Lith, bayangin balok itu, bla.. bla.. bla..”
“Kok bisa?”
“Lha kan tinggal diputar balik.”
“Heh?! Kok ada putar balik segala, salah jalan?”
“ #*&%)*?:”
Dan teman Litha pun nyerah buat ngajarin, heuheu…
Jadi
ya ukhty.. kalo Litha boleh berpendapat, mari kembali ke asalnya. Kita
pakai jilbab niatan dan tujuannya buat apa. Biar matching? Untuk
gaya-gayaan dengan berbagai jilbab kreatifnya? Biar cantik? Atau untuk
menutup aurat?
Yuk cek lagi surat cintanya di Al-Ahzab 33: 59
7. Untuk pertanyaan saudaraku nan polos itu..
Nah,pertanyaan
lucu dari ikhwan tersebut. Geli, tak pernah terlintas ada ikhwan yang
nanya kenapa akhwat pakai jilbab biasanya di bagian depan dimiringin ke
samping
Tapi rada miris juga, sebegitu detailkah perhatian itu hingga tahu
bahwa bros yang dipakai adalah bros bunga. Membayangkan saja kalau bros
yang dipakai bentuk panda atau lope-lope Sampai kawan saya bilang, “Apa ikhwannya ntu diajarin aja cara make jilbab segi empat?” Hehehe…
Jadi
begini, rata-rata jilbab segi empat di pasaran ukuran 115×115 cm,
120×120 cm dan 150x150cm. Untuk ukuran 115×115 cm agar nyaman biasanya
didobelin dengan jilbab polos (biasanya putih) di bagian dalem. Ngelipet
segitiga ke dalem juga biasanya agak kecil, dengan harapan jilbab bisa
lebar. Waktu dipenitiin ke depan jadinya nanggung, dibuat lurus juga
maksa. Makanya biar rapi biasanya dibuat serong. Untuk lebih jelasnya
berikut tutorial memakai jilbab dobelan agar hasilnya lebar.
#bagi saudaraku yang tanya tadi boleh dicoba di rumah ^^”
Kadang
terlintas pikiran, tidak mudah memang menjadi seorang wanita. Dari
bahasan ini saja, sepertinya perlu usaha ekstra untuk menutup aurat.
Sejenak iri dengan para ikhwan, betapa fleksibelnya mereka dalam
berpakaian. Hadist di atas pun secara tersurat menunjukkan kalau wanita
adalah perhiasan. Yang namanya perhiasan pastilah indah; seperti hal
yang nampaknya sederhana tadi –memakai jilbab namun bagian depan
dimiringin ke samping dan brosnya di pinggir–. Namun keindahan itu bila
tidak tepat tempat dan waktunya akan berpotensi mengundang
mudhorot. Sebegitu menarikkah seorang wanita itu hingga banyak ancaman
bahwa penghuni neraka kebanyakan adalah para wanita. Istighfar… Mari
senantiasa berusaha memperbaiki kualitas diri. Demi terjaganya
masing-masing pribadi, entah itu akhwat maupun ikhwan.
Last but not the least..
Wahai ukhty… dimanapun sekarang antuna berada. Mari senantiasa saling
menjaga untuk perbaikan diri dari waktu ke waktu. Semoga setiap langkah
kecil kita tidak menodai jilbab dengan anggunnya rinai hidayah
yang telah dicurahkan oleh-Nya. Semoga setiap jalan yang telah disusuri
mampu memperberat timbangan amal kebaikan kita. Hingga suatu saat nanti
sang bidadari pun akan merasa cemburu padamu. Ingatlah, di balik
kesusksesan orang-orang besar, senantiasa ada seorang wanita di
belakangnya. Tidakkah antuna ingin menjadi wanita tersebut? Sungguh,
yang tak ditebar takkan pernah pudar!
Wallahu a’lam bishowab
tipsnya OKey, pembahasannya nyantai dan mudah diterima :)
BalasHapusmampir ke blog ane ya tuk lihat2 jaket akhwatnya, cocok untuk aktifitas indoor and outdoor.. www.jaketakhwat.blogspot.com, atau bisa silaturahmi via WA/SMS 0888.9826.010,