Senin, 09 Juli 2012

Sekali lagi tentang pembahasan akhwat! Hmm…

Diskusi ringan yang cukup menggelitik bersama bulatan gembira Litha saat itu. Seberkas pemikiran yang kadang terlintas di benak Litha ternyata dirasakan juga dengan teman-teman.
Seorang kawan berujar,
“ Jadi akhwat riweuh amat ya. Pakai jaket, kalau jilbab dimasukin dibilang mbentuk jadi jilbab leher. Tapi kalo jaketnya yang dimasukin ke jilbab, dipakai buat motoran malah mirip bendera (red: berkibar-kibar).”
Kawan lain berkata,
“ Hati-hati kalau naik motor, misal pas berhenti di lampu merah. Rok atau gamisnya bisa kesingkap, pake daleman celana panjang ya.”
Seorang kawan akhwat kalem tapi kritis abis, kalau nulis berkata,
“Risih tau ukht ngeliat akhwat, jilbabnya lebar tapi transparan.”
Bahkan ada yang cukup membuat Litha senyum simpul. Kala itu di kajian masjid kampus, saat sesi tanya jawab, seorang kawan dari spesies ikhwan bertanya dengan polosnya,
“Ustadz, kenapa sih para akhwat itu kalau pakai jilbab segi empat bagian depannya harus dimiringin, terus kenapa bros bunganya ditaruh di pinggir?”
“Haaaaa??? :shock: ” Reaksi Litha saat itu. Ya senyum geli tapi ya rada miris juga ^_^”
Sejauh pengamatan di lapangan dan berbagai analisis data varian maka Litha dapat menarik kesimpulan sebagai berikut #Demam.Script-Sweet (=
1. Sebaiknya saat naik motor baik nyetir atau diboncengin, pakai jaket.
Alasannya demi keamanan. Biar jilbabnya tidak mirip bendera, berkibar-kibar dan cepet kusut / tatanannya sudah ga rapih lagi. Pun semisal terpaksa saat itu tidak ada jaket, ya.. lebih baik jilbab dibuat sepinggang, biar bisa didudukin.
Manfaat lain buat kesehatan juga, biar bisa nahan angin. Berkendara pagi-pagi buta rawan terkena paru-paru basah apalagi jika jarak jauh. Angin kan gak kenal jauh deket. So, keep your healthy ya ukhty.. (=
2. Jaketnya pun yang longgar.
Insya Allah kalau jaket lembaga/organisasi untuk size akhwat biasanya longgar. Kalau adanya yang mini, jumper atau switer jankis sebisa mungkin jangan diretsliting. Biar ga mbentuk ya…
3. Gunakan daleman celana panjang.
Menggunakan rok atau gamis sewaktu naik motor rawan tersingkap. Apalagi untuk rok atau gamis yang beli jadi, biasanya lebar bawahkan terbatas. Amannya pakai celana panjang untuk dalemannya. Bukan celana legging, tapi yang katun atau celana bahan. Kenapa? Legging sama saja tetap mbentuk betis #danger! (=
4. Rok, celana panjang daleman ready! But you have to remember to using kaos kaki.
Jangan mengandalkan celana panjang saja, kaos kaki yang pendek juga rawan sewaktu naik motor. Kaki bagian bawah juga aurat kan ukht?
Ah iya! Saran saja :idea: bawa bekal perang kita selengkap mungkin. Biasanya Litha taruh kaos kaki cadangan & plastik di bagasi, jaga-jaga semisal hujan (=
5.Pemakaian jaket di dalam atau di luar jilbab.
Uhm.. pendapat Litha mah ditimbang baik-buruknya terkait hal tersebut. Ada beberapa kawan yang nyaman dengan menggunakan jaket di dalam jilbab. Sah-sah saja..
Don’t forget about the safety! Oke, contohnya begini… misal kita pake jaket di dalam, naik motor, nyetir dan ga bawa tas. Jilbabnya jadi bendera, resiko rambutnya keliatan kan? Pun misal kita yang diboncengin, ga sadar jilbabnya nutup lampu sein. Kan kasihan pengendara di belakang kita, tiba-tiba belok kanan, lampu seinsnya ketutup. Potensi kecelakaannya besar.
..dan Litha sering banget ngliat para akhwat jilbabnya nutupin ntu lampu :? Must be more carefully!
Contoh lain, bagi yang berkecimpung di dunia laboratorium. Kita kan pakai jas lab, nah jilbabnya harus kita masukin di dalem. Kenapa Litha katakan ‘harus’? Jika menggunakan alat dan bahan yang cukup riskan, semisal kita makai bunsen burner (red: lampu spirtus), jilbanya berkibar, nyamber api di bunsen bisa kebakar. Itu masih untung, misal percikannya ngenain cairan yang mudah meledak???!! Bahaya banget kan? Sebab kasus ini pernah terjadi, jilbab seorang al-ukht ini ga dimasukin dan nyamber api di bunsen. Oh Lord! Nah.. intinya mah disesuaikan situasi dan kondisi (=
Kebiasaan Litha kalau pakai jaket, di luar jilbab. Kalo jas almamater, jilbabnya yang ada di luar, almamaternya dimasukin (lebih nyaman seperti itu).
6. Tentang jilbab transparan…
Ada yang menggunakan istilah jilbab saringan tahu (= atau yang dikenal kebanyakan sebagai jilbab paris. Kelebihannya murah, ringan, mudah dicuci & disetrika, cepet kering kalo dijemur, mau dikreasiin sedimikian rupa sehingga gampang banget dan pilihan warnanya buaanyak jiddan! Ambil contoh jilbab paris biru banyak pilihan warna. Mulai dari biru tosca, biru turquoise, biru navy, biru benhur, biru dongker, biru muda, biru laut (ada yang asing dengan istilah warna tadi? ^_^ )
Jujur saja Litha bukan konsumen jilbab seperti ini. Karena kurang nyaman dan risih saja saat memakainya. Punya 1 jilbab paris ungu tua dan itupun hadiah. Kawan Litha nan kritis tadi berujar dengan status di jejaring sosialnya,
“Mungkin saya bukan termasuk akhwat yang memperhatikan penampilan. Mungkin juga penampilan ini sering gak matching. Namun sebagai seorang perempuan, entah kenapa saya merasa risih tatkala melihat seorang akhwat menggunakan jilbab paris meski itu lebar dan didobelin dengan jilbab segi empat di dalamnya.”
Dan kerennya banyak rekan ikhwan yang komen di status tersebut. Mulai blak-blakan, terkuaklah perasaan-perasaan mereka #apaan coba :P Jadi intinya mereka (red: spesies ikhwan tadi) juga merasa risih ketika melihat mba-mba dengan jilbab paris tersebut. Kadang tanpa sadar, jika dobelannya ga tebal, rambutnya bisa terlihat juga.
Seorang teman pernah bercerita, kenapa ikhwan kaku dan dingin ke para akhwat tapi cair ketika berinteraksi dengan teman sesama perempuan non aktivis? Kalo kesimpulan sementara Litha berdasar pengalaman dan pernyataan teman-teman, kadang mereka sangat mudah untuk mengalihkan pandangan tanpa melihatnya lagi dengan perempuan yang belum tertutup auratnya. Sebaliknya hal ini kadang tidak berlaku ketika melihat teman-teman yang sudah rapi berjilbab.
Para ikhwan dikaruniai sistem tata ruang yang subhanallah luar biasa. Sebagai bukti, ketika Litha SMA, pelajaran Matematika bab 3 Dimensi. Perlu waktu sepekan agar Litha benar-benar paham dan lancar melibas soal-soal tersebut. Tapi.. teman-teman kelas yang laki-laki cepat banget pahamnya, dibandingkan bab-bab selain itu. Jika minta tolong diajarin caranya seperti apa, dengan santai menjawab,
“Ya tinggal diginiin Lith, bayangin balok itu, bla.. bla.. bla..”
“Kok bisa?”
“Lha kan tinggal diputar balik.”
“Heh?! Kok ada putar balik segala, salah jalan?”
“ #*&%)*?:”
Dan teman Litha pun nyerah buat ngajarin, heuheu… :lol:
Jadi ya ukhty.. kalo Litha boleh berpendapat, mari kembali ke asalnya. Kita pakai jilbab niatan dan tujuannya buat apa. Biar matching? Untuk gaya-gayaan dengan berbagai jilbab kreatifnya? Biar cantik? Atau untuk menutup aurat?
Yuk cek lagi surat cintanya di Al-Ahzab 33: 59
7. Untuk pertanyaan saudaraku nan polos itu..
Nah,pertanyaan lucu dari ikhwan tersebut. Geli, tak pernah terlintas ada ikhwan yang nanya kenapa akhwat pakai jilbab biasanya di bagian depan dimiringin ke samping :D Tapi rada miris juga, sebegitu detailkah perhatian itu hingga tahu bahwa bros yang dipakai adalah bros bunga. Membayangkan saja kalau bros yang dipakai bentuk panda atau lope-lope :mrgreen: Sampai kawan saya bilang, “Apa ikhwannya ntu diajarin aja cara make jilbab segi empat?” Hehehe…
Jadi begini, rata-rata jilbab segi empat di pasaran ukuran 115×115 cm, 120×120 cm dan 150x150cm. Untuk ukuran 115×115 cm agar nyaman biasanya didobelin dengan jilbab polos (biasanya putih) di bagian dalem. Ngelipet segitiga ke dalem juga biasanya agak kecil, dengan harapan jilbab bisa lebar. Waktu dipenitiin ke depan jadinya nanggung, dibuat lurus juga maksa. Makanya biar rapi biasanya dibuat serong. Untuk lebih jelasnya berikut tutorial memakai jilbab dobelan agar hasilnya lebar.
#bagi saudaraku yang tanya tadi boleh dicoba di rumah ^^”
Kadang terlintas pikiran, tidak mudah memang menjadi seorang wanita. Dari bahasan ini saja, sepertinya perlu usaha ekstra untuk menutup aurat. Sejenak iri dengan para ikhwan, betapa fleksibelnya mereka dalam berpakaian. Hadist di atas pun secara tersurat menunjukkan kalau wanita adalah perhiasan. Yang namanya perhiasan pastilah indah; seperti hal yang nampaknya sederhana tadi –memakai jilbab namun bagian depan dimiringin ke samping dan brosnya di pinggir–.  Namun keindahan itu bila tidak tepat tempat dan waktunya akan berpotensi mengundang mudhorot. Sebegitu menarikkah seorang wanita itu hingga banyak ancaman bahwa penghuni neraka kebanyakan adalah para wanita. Istighfar…  Mari senantiasa berusaha memperbaiki kualitas diri. Demi terjaganya masing-masing pribadi, entah itu akhwat maupun ikhwan.
Last but not the least.. Wahai ukhty… dimanapun sekarang antuna berada. Mari senantiasa saling menjaga untuk perbaikan diri dari waktu ke waktu. Semoga setiap langkah kecil kita tidak menodai jilbab dengan anggunnya rinai hidayah yang telah dicurahkan oleh-Nya. Semoga setiap jalan yang telah disusuri mampu memperberat timbangan amal kebaikan kita. Hingga suatu saat nanti sang bidadari pun akan merasa cemburu padamu. Ingatlah, di balik kesusksesan orang-orang besar, senantiasa ada seorang wanita di belakangnya. Tidakkah antuna ingin menjadi wanita tersebut? Sungguh, yang tak ditebar takkan pernah pudar!
Wallahu a’lam bishowab

1 komentar:

  1. tipsnya OKey, pembahasannya nyantai dan mudah diterima :)
    mampir ke blog ane ya tuk lihat2 jaket akhwatnya, cocok untuk aktifitas indoor and outdoor.. www.jaketakhwat.blogspot.com, atau bisa silaturahmi via WA/SMS 0888.9826.010,

    BalasHapus