Selasa, 17 Januari 2012

Poskan judulHUKUM PERINGATAN MALAM ISRA' DAN MI'RAJ ( Syaikh Al-Imam Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz رحمه الله )

oleh Dwi Riyanto pada 16 Januari 2012 pukul 9:39
Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Rasulullah صلي الله عليه وسلم, keluarga dan para sahabatnya.
Amma ba’du:
Tidak diragukan lagi, bahwa Isra’ dan Mi’raj merupakan tanda kekuasaan Allah yang menunjukkan kebenaran kerasulan Muhammad صلي الله عليه وسلم, dan keagungan kedudukan beliau di sisi Tuhannya, selain juga membuktikan atas keagungan Allah dan kebesaran kekuasaan-Nya atas semua makhluk.
Firman Allah سبحانه و تعالي:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al Isra’: 1).
Diriwayatkan secara mutawatir dari Rasulullah صلي الله عليه وسلم bahwa Allah telah menaikkan beliau ke langit, dan pintu-pintu langit terbuka untuknya, hingga beliau sampai ke langit yang ketujuh, lalu beliau diajak bicara oleh Allah serta diwajibkan shalat lima waktu, yang semula diwajibkan lima puluh waktu, tetapi Nabi Muhammad صلي الله عليه وسلم senantiasa kembali kepada-Nya untuk meminta keringanan, sampai menjadi lima waktu, namun demikian, walaupun yang diwajibkan lima waktu saja, tetapi pahalanya tetap seperti lima puluh waktu, karena perbuatan baik itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat. Hanya kepada Allah-lah kita ucapkan puji dan syukur atas segala ni’mat-Nya.
Tentang malam saat diselenggarakannya Isra’ dan Mi’raj itu belum pernah diterangkan penentuan (waktunya) oleh Rasulullah, tidak pada bulan Rajab, atau bulan yang lain, jikalau ada penetapannya maka itupun bukan dari Rasulullah صلي الله عليه وسلم, tetapi menurut para ulama, hanya Allah-lah yang mengetahui akan hikmah pelalaian manusia dalam hal ini.
Seandainya ada (hadits) yang menentukan (waktu) Isra’ dan Mi’raj, tetap tidak boleh bagi kaum muslimin untuk mengkhususkannya dengan ibadah-ibadah tertentu, selain juga tidak boleh mengadakan upacara peringatan apapun, karena Rasulullah صلي الله عليه وسلم dan para sahabatnya tidak pernah mengadakan upacara-upacara seperti itu, dan tidak pula mengkhususkan suatu ibadah apapun pada malam tersebut.
Jika peringatan malam tersebut disyariatkan, pasti Rasulullah صلي الله عليه وسلم menjelaskan kepada umatnya, melalui ucapan maupun perbuatan. Jika pernah dilakukan oleh beliau, pasti diketahui dan masyhur, dan tentunya akan disampaikan oleh para shahabat kepada kita, karena mereka telah menyampaikan dari Nabi apa yang telah dibutuhkan umat manusia, mereka belum pernah melanggar sedikitpun dalam masalah agama, bahkan merekalah orang yang pertama kali melakukan kebaikan setelah Rasulullah صلي الله عليه وسلم maka jikalau upacara peringatan malam Isra’ dan Mi’raj itu ada tuntunannya, niscaya para sahabat akan lebih dahulu melakukannya.
Nabi Muhammad صلي الله عليه وسلم adalah orang yang paling banyak memberi nasehat kepada manusia, beliau telah menyampaikan risalah kerasulan dengan sebaik-baiknya, dan menjalankan amanat Tuhannya dengan sempurna, oleh karena itu jika upacara peringatan malam Isra’ dan Mi’raj serta berbagai bentuk perayaan itu berasal dari agama Allah, tentunya tidak akan dilupakan dan disembunyikan oleh Rasulullah صلي الله عليه وسلم, tetapi karena hal itu tidak ada, jelaslah bahwa upacara dan bentuk-bentuk pengagungan malam tersebut bukan dari ajaran Islam sama sekali.
Allah سبحانه و تعالي telah menyempurnakan agama-Nya bagi umat ini, mencukupkan ni’mat-Nya kepada mereka, dan mengingkari siapa saja yang berani mengada-adakan sesuatu hal baru dalam agama, karena cara tersebut tidak dibenarkan oleh Allah سبحانه و تعالي.
Allah سبحانه و تعالي berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (QS. Al Maidah: 3).
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diridhai Allah? sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu akan memperoleh azab yang pedih.” (QS. As Syura: 21).
Dalam hadits-hadits shahih Rasulullah صلي الله عليه وسلم telah memperingatkan kita agar waspada dan menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah, dan beliau juga menjelaskan bahwa bid’ah itu sesat, sebagai peringatan bagi umatnya agar mereka menjauhinya, karena bid’ah itu mengandung bahaya yang sangat besar.
Dari Aisyah رضي الله عنها berkata: bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ أَحْـدَثَ فِيْ أَمْـرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْـهُ فَهُـوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu perbuatan (dalam agama) yang sebelumnya tidak pernah ada, maka amalan itu tertolak.”
Dan dalam riwayat imam Muslim, Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang belum pernah kami perintahkan, maka ia tertolak”.
Dalam shahih Muslim dari Jabir رضي الله عنه ia berkata: bahwa Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda dalam salah satu khutbah Jum’atnya:
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du: Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah (Al Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad صلي الله عليه وسلم, dan sejelek-jelek perbuatan (dalam agama) adalah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah (yang diada adakan) itu sesat.” (HR. Muslim).
Dan dalam kitab-kitab Sunan diriwayatkan dari 'Irbadh bin Saariyah رضي الله عنه bahwasanya Rasulullah صلي الله عليه وسلم pernah menasehati kami dengan suatu nasehat yang dapat menggetarkan hati, dan membuat air mata berlinang, maka kami berkata kepadanya: "Wahai Rasulullah, sepertinya nasehat ini adalah nasehat seseorang yang akan berpisah, maka berilah kami wasiat, maka Rasulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفاً كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ, وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Aku wasiatkan kepada kalian agar selalu bertakwa kapada Allah, mendengarkan dan mentaati perintah-Nya, walaupun yang memerintah kamu itu adalah seorang hamba sahaya, sesungguhnya barangsiapa di antara kalian hidup (di masa itu), maka ia akan menjumpai banyak perselisihan, maka (ketika) itu hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaurrasyidin yang telah mendapat petunjuk sesudahku, pegang dan gigitlah dengan gigi geraham kalian dengan sekuatnya, dan janganlah sekali-kali kalian mengada-ada hal-hal yang baru (dalam agama), karena setiap perbuatan yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat.”
Dan masih banyak hadits lain yang semakna dengan hadits ini, para sahabat dan para ulama salaf telah memperingatkan kita agar waspada terhadap perbuatan bid’ah serta menjauhinya.
Dan hal itu disebabkan karena (bid’ah) adalah tambahan terhadap agama, dan (bid’ah) adalah (pembuatan) syariat yang tidak diizinkan oleh Allah, dan ini menyerupai perbuatan musuh-musuh Allah, yakni; kaum Yahudi dan Nasrani.
Adanya berbagai penambahan dalam agama berarti menuduh agama Islam kurang dan tidak sempurna, jelas ini tergolong kerusakan besar, kemungkaran yang sesat dan bertentangan dengan firman Allah سبحانه و تعالي:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Kusempurnakan agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’mat-Ku dan Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (QS. Al Maidah: 3).
Selain itu, (penambahan) juga bertentangan dengan hadits-hadits Rasulullah صلي الله عليه وسلم yang memperingatkan kita dari perbuatan bid’ah dan agar menjauhinya.
Kami berharap, semoga dalil-dalil yang telah kami sebutkan tadi cukup memuaskan mereka yang menginginkan kebenaran, dan mau mengingkari perbuatan bid’ah mengadakan upacara peringatan malam Isra’ dan Mi’raj, dan supaya kita sekalian waspada terhadapnya, karena sesungguhnya hal itu bukan dari ajaran Islam sama sekali.
Ketika Allah telah mewajibkan orang-orang muslim agar saling menasehati dan saling menerangkan apa yang telah disyariatkan Allah dalam agama, serta mengharamkan penyembunyian ilmu, maka kami memandang perlu untuk mengingatkan saudara-saudara kami akan perbuatan bid’ah ini, yang telah menyebar di berbagai belahan bumi, sehingga sebagian orang mengira hal itu berasal dari agama.
Hanya Allah-lah tempat bermohon, untuk memperbaiki keadaan kaum muslimin, dan memberikan kepada mereka kemudahan dalam memahami agama Islam, semoga Allah سبحانه و تعالي melimpahkan taufiq kepada kita semua untuk tetap berpegang teguh dengan agama yang haq ini, tetap istiqamah menjalaninya dan meninggalkan hal yang bertentangan dengannya, hanya Allah penguasa segala-galanya.
Semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad صلي الله عليه وسلم, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar