Jelas sekali ayat ini mewajibkan umat Islam agar bersatu dengan
akidah Islam sebagai landasan persatuan mereka. Islam menolak setiap
paham selain akidah Islam sebagai dasar persatuan. Nasionalisme,
misalnya, menurut Islam, termasuk ‘ashâbiyyah (fanatisme
golongan) yang terlarang. Rasul saw. bersabda:
«لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ
مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى
عَصَبِيَّةٍ»
Tidak termasuk golongan kami orang yang menyerukan ‘ashabiyyah,
yang berperang karena ‘ashabiyyah, dan yang mati membela ‘ashabiyyah (HR
Abu Dawud).
Seseorang pernah bertanya kepada Rasul saw., “Apakah seseorang
mencintai kaumnya termasuk ‘ashabiyyah?” Beliau menjawab:
«لاَ، وَلَكِنْ مِنْ الْعَصَبِيَّةِ أَنْ يُعِينَ الرَّجُلُ
قَوْمَهُ عَلى الظُّلْمِ»
Tidak. Akan tetapi, termasuk ‘ashabiyyah jika seseorang
menolong kaumnya atas dasar kezaliman. (HR Ibnu Majah).
Nasionalisme adalah paham yang menjadikan kesamaan bangsa sebagai
dasar persatuan. Paham ini termasuk bagian dari seruan-seruan jahiliah (da‘wâ
al-jâhiliyyah). Nasionalisme menjadikan loyalitas dan pembelaan
terhadap bangsa mengalahkan loyalitas dan pembelaan terhadap Islam.
Halal-haram pun akan dikalahkan ketika bertabrakan dengan ‘kepentingan
nasional’. Akibatnya, kepentingan bangsa, meski menyalahi syariat, akan
dibela. Jelas paham ini termasuk ‘ashâbiyyah yang diharamkan
Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar